Beranda | Artikel
Untuk Apa Aku Hidup?
Sabtu, 25 Maret 2017

Tidak sedikit kita jumpai orang yang masih bingung dalam menjalani hidup. Sampai-sampai sebagian orang berputus-asa dan ingin mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Kemajuan teknologi dan materi tidak secara otomatis menyadarkan manusia tentang tujuan hidupnya. Banyak orang yang kaya raya dan memiliki akses ke pusat-pusat ilmu dan dakwah, tetapi seolah pintu menuju ke sana tertutup dan tidak bisa dimasuki olehnya. Di sinilah pentingnya kita sebagai muslim untuk menyadari hakikat dan tujuan hidup di dunia.

Saudaraku -kaum muslimin yang dirahmati Allah- kehidupan di alam dunia tentu bukan sesuatu yang sia-sia atau tanpa tujuan. Kita hidup dan mati begitu saja tanpa ada hari pembalasan, maka tentu hal ini mustahil bagi kebijaksanaan Allah ta’ala. Pasti ada hikmah yang agung di balik penciptaan jin dan manusia beserta langit dan bumi dan segenap isinya. Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (adz-Dzariyat : 56)

Ya, mungkin kita telah menghafal ayat itu dan berulang-ulang mendengarnya. Hidup untuk beribadah kepada Allah, Dzat yang telah menciptakan dan memberikan rezeki kepada kita. Namun pada kenyataan hidup sehari-hari sering kita temukan perilaku dan sikap manusia yang tidak paham atau tidak mau tahu dengan tujuan hidup yang agung ini. Mereka hidup dan bersenang-senang layaknya binatang yang tidak kenal halal dan haram, sehingga yang mereka kejar hanyalah kepuasa nafsu dan kenikmatan-kenikmatan semu dan sementara. Jadilah hidup mereka laksana kereta yang lepas kendali atau mobil yang berjalan tanpa arah yang jelas. Menubruk sana-sini dan tidak peduli dengan apa yang ia lalui, berjalan begitu saja tanpa tujuan dan arahan.

Bukankah sering kita dengar berita bahwa sebagian orang telah terjebak dalam kejahatan narkoba atau korupsi sejak sekian lama hingga akhirnya menjebloskan ia ke dalam penjara dan kenistaan. Atau gerombolan anak muda yang nakal dan suka membuat onar dengan tawuran, permusuhan antar geng, aksi begal bahkan penganiayaan dan pembunuhan! Tidakkah kita sadar bahwa generasi muda dan penerus perjuangan bangsa ini tengah menghadapi ancaman kerusakan moral dan akhlak yang luar biasa besar? Kerusakan yang tidak lagi menyentuh nilai-nilai kesopanan dan budi pekerti, bahkan sudah merasuk dan merusak pondasi dan pokok-pokok ajaran agama…

Beberapa kali kita dengar adanya sebagian pemuda muslim yang terseret dalam aksi-aksi bom bunuh diri atau kegiatan terorisme dan sikap-sikap ekstrim. Sudah sering kita saksikan berita terjadinya kasus penganiayaan di kalangan remaja dan pelajar hanya gara-gara sebab yang sepele. Apakah kehidupan seperti ini yang kita dambakan bagi anak-anak muda negeri ini? Tidakkah kita ingin generasi muda muslim kita seperti sosok pemuda yang disebutkan dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mendapatkan naungan Allah di hari kiamat, “Seorang pemuda yang tumbuh dalam ketaatan ibadah kepada Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kenikmatan hidup seperti apakah yang bisa dirasakan apabila seorang manusia jauh dari tujuan hidupnya? Ketika seorang insan tidak menyadari makna dan hakikat hidup di dunia yang fana ini… Ketika seorang anak Adam telah hanyut dalam fatamorgana dan tidak peduli lagi dengan prinsip dan aturan agama Islam yang dipeluknya. Hidupnya jauh dari ketaatan dan al-Qur’an, jauh dari dzikir dan ibadah kepada Allah. Jauh dari nilai-nilai iman dan tauhid, bahkan merasa alergi dengan ajaran serta hukum-hukum Allah. Na’uudzu billaahi min dzaalik

Saudaraku seiman dan seakidah -semoga Allah tambahkan taufik-Nya kepada aku dan kamu- memahami hakikat dan makna kehidupan adalah kunci kesuksesan dan keselamatan. Oleh sebab itu di dalam al-Qur’an, Allah bersumpah bahwa setiap manusia merugi kecuali yang mewarnai hidupnya dengan nilai-nilai iman dan amal salih. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman (yang artinya), “Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal salih, saling menasihati dalam kebenaran, dan saling menasihati dalam menetapi kesabaran.” (al-‘Ashr : 1-3)

Kehidupan yang baik dan bahagia adalah kehidupan orang yang bertauhid dan beramal salih. Bukanlah kebahagiaan jika seorang insan justru menghanyutkan dirinya dalam syirik dan kekafiran. Allah berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang melakukan amal salih dari kalangan lelaki atau perempuan dalam keadaan beriman, niscaya Kami akan memberikan kepadanya kehidupan yang baik, dan pasti akan memberikan balasan untuk mereka pahala yang lebih baik daripada apa-apa yang telah mereka kerjakan.” (an-Nahl : 97)

Syirik dan kekafiran menjerumuskan pelakunya ke dalam kesengsaraan dan malapetaka besar; sebuah malapetaka yang menghanguskan semua cita-cita untuk bahagia. Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya barangsiapa yang berbuat syirik kepada Allah maka sungguh Allah mengharamkan atasnya surga dan tempat tinggalnya adalah neraka…” (al-Maa-idah : 72)

Ya, bisa jadi dengan membuang tauhid dan islam anda memperoleh kesenangan dan kemewahan dunia -yang kecil dan sementara- tetapi pada saat yang sama sesungguhnya anda sedang menjatuhkan diri menuju jurang azab dan gejolak api yang menyala-nyala. Seperti yang digambarkan oleh Nabi yang mulia shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Bersegeralah dalam beramal sebelum tiba fitnah-fitnah seperti potongan malam yang gelap gulita; pada pagi hari seorang masih beriman lalu di sore hari menjadi kafir, atau di sore hari beriman lantas keesokan paginya menjadi kafir. Dia menjual agamanya demi mencari perhiasan dunia.” (HR. Muslim)

Hidup di dunia ini ibarat perdagangan. Dimana Allah akan membeli barang dagangan anda dengan harga yang luar biasa besar. Iman dan amal salih anda -yang tidak lepas dari cacat dan kekurangan- akan Allah beli dengan surga yang penuh dengan kenikmatan tiada tara; kenikmatan yang belum pernah dilihat oleh mata, belum didengar oleh telinga, dan belum terbersit dalam sanubari manusia. Akan tetapi apabila anda justru ‘menjual’ agama ini dan menukarnya dengan dunia yang rendah dan hina, maka Allah akan menegakkan keadilan dan hukum-Nya.

Jangan salahkan siapa-siapa jika kelak anda menelan penyesalan dan terbakar dalam azab Jahannam ketika di dunia ini anda tetap bersikeras bertahan dalam kekafiran dan kemusyrikan… Allah berfirman (yang artinya), “Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada orang-orang sebelummu; Jika kamu berbuat syirik pasti akan lenyap seluruh amalmu dan benar-benar kamu akan termasuk golongan orang-orang yang merugi.” (az-Zumar : 65)

Ketika anda berpaling dari ibadah kepada Allah itu artinya anda sedang menyombongkan diri dan merasa hebat di hadapan Rabb yang menciptakan dan mengatur alam semesta. Sebuah kesombongan yang akan dibalas dengan neraka yang penuh dengan siksa. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan Rabbmu berfirman; Berdoalah kalian kepada-Ku niscaya Aku kabulkan. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari beribadah kepada-Ku pasti akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina.” (Ghafir : 60)

Wahai manusia! Betapa sombongnya anda ketika anda tidak mau bersungkur sujud kepada-Nya.. ketika anda tidak mau beriman dan beribadah kepada-Nya… ketika anda lebih menyukai kekafiran daripada tauhid dan keikhlasan… Betapa pongah dan angkuhnya anda, ketika surga yang menawarkan kebahagiaan justru anda tolak dan anda tergila-gila dengan ceceran hawa nafsu dan kesenangan dunia yang semu dan hina?! Betapa sombongnya, ketika anda remehkan nabi dan rasul serta para da’i tauhid sembari anda tebarkan propaganda bahwa jalan yang mereka tempuh bukan jalan yang mengantarkan menuju kebahagiaan yang sesungguhnya…


Artikel asli: https://www.al-mubarok.com/untuk-apa-aku-hidup/